close
mengapa kebiasaan gagal

Salah satu tantangan mengenai kebiasaan adalah membuat kebiasaan tersebut tetap erat dengan kehidupan kita dan menjaganya agar tidak hilang. Kita sering merasa senang memulai kebiasaan baru tapi kemudian gagal setelah beberapa hari.

Mengapa begitu sulit untuk memulai dan mempertahankan kebiasaan? Jawaban dari pertanyaan ini sungguh misterius dan butuh beberapa tahun untuk menemukannya. Berikut ini adalah 5 alasan mengapa kebiasaan tidak berhasil, dan sebagai gantinya Anda perlu melakukan ritual.

1. Kebiasaan tidak cukup spesifik

Salah satu alasan kita tidak memulai sesuatu karena hal tersebut tidak cukup spesifik. Apa yang akan Anda lakukan untuk menjadi percaya diri, positif, dan berhenti menunda-nunda? Hal-hal tersebut terlalu samar. Secara logis kita memahaminya, tapi otak kita menanggapinya dengan “bagaimana aku harus melakukan hal itu?” Yang pada akhirnya, kita akan berhenti dan tidak jadi melakukannya.

Hal ini berlaku sama dengan kebiasaan. Yang Anda butuhkan adalah kespesifikan. Karena itulah ritual lebih efektif karena ritual bersifat spesifik.

2. Kebiasaan tidak membuat Anda memulai

Salah satu rahasia untuk memerangi kebiasaan meunda-nunda adalah adalah dengan melakukan langkah pertama. Jika Anda ingin lari, Anda harus memakai sepatu dulu. Jika Anda ingin memulai kebiasaan flossing, cukup flossing satu gigi saja dulu.

Kita cenderung berpikir terlalu jauh. Ketika berolahraga, kita cenderung berpikir tentang energi yang akan kita dapatkan, tubuh bagus yang akan kita peroleh, atau pujian dari teman. Memang tidak salah berpikir tentang hasil akhir, tapi memulai langkah pertama yang sederhana akan membuat Anda memulai. Jadi, ketika Anda ingin mencoba membentuk kebiasaan baru, perjelaslah langkah pertama yang harus dilakukan. Karena itulah, ritual menjadi lebih efektif.

3. Kebiasaan tidak menjelaskan mengapa Anda membutuhkannya

Apakah Anda ingat perasaan ketika Anda sangat gembira dan bersemangat untuk memulai kebiasaan baru? Sumber dari motivasi adalah sesuatu yang bisa muncul kapan saja. Masalahnya adalah, kita tidak tahu bagaimana cara mendapatkan kembali motivasu ketika kita menginginkannya. Motivasi datang dan pergi. Suatu hari kita memiliki tangki bahan bakar penuh, dan pada hari-hari lain kita mungkin hanya memiliki satu tetes saja.

Ketika kita mengandalkan motivasi untuk memulai dan tetap terus pada jalur, kita sedang menyiapkan diri sendiri untuk kegagalan dan ketidakkonsistenan. Salah satu trik untuk mengatasinya adalah mempertanyakan “mengapa saya harus melakukan kebiasaan tersebut?”

Insting pertama Anda adalah untuk memberikan jawaban yang dangkal. Tapi jawaban tersebut tidaklah mampu mempertahankan kebiasaan. Jadi, ketika Anda menanyai diri Anda sendiri “mengapa saya berolahraga, alih-alih memberi jawaban dangkal seperti “karena saya ingin terlihat seksi”, Anda bisa menggunakan jawaban yang lebih dalam “karena saya tidak ingin seperti kakek saya yang selalu mengeluhkan nyeri sendi.”

Hal ini bisa lebih mudah ditemukan dalam ritual, dan karenanya lebih efektif.

4. Kebiasaan tidak melekat dengan diri Anda

Mengintegrasikan kebiasaan baru ke dalam hidup Anda tidaklah mudah. Anda harus tahu bagaimana cara memulai dan tetap konsisten, serta bagaimana menyesuaikan kebiasaan dalam jadwal Anda dan kehidupan Anda yang sibuk, misalnya membayar tagihan, mencuci piring, dan banyak hal lainnya yang harus dilakukan.

Jika Anda ingin kebiasaan “teratur tanpa kita perlu mengingat-ingatnya”, Anda perlu mengubahnya menjadi ritual yang didukung oleh sistem.

5. Kebiasaan tidak memiliki Sistem Langkah Demi Langkah

Untuk meningkatkan kesempatan Anda mewujudkan kebiasaan menjadi tindakan, ada 3 hal yang perlu Anda pertimbangkan:

1. Anda harus memiliki keinginan untuk melakukannya (pertanyaan tentang “mengapa Anda harus melakukannya”)

2. Langkah pertama yang sederhana untuk dilakukan

3. Sistem langkah demi langkah yang terbukti bekerja dan mudah diikuti

Ketika hal tersebut terpenuhi, Anda telah mempunyai formula untuk sukses. Dan karena hal-hal tersebut tidak tersedia pada kebiasaan, Anda harus mulai mengubahnya menjadi ritual.

 

Sumber: www.asianefficiency.com

Tags : produktivitas