close

Investasi

InfoInvestasiKeuangan

Mari Belajar Investasi Saham

investasi saham

Bukankah Anda ingin menjadi pemilik bisnis tanpa harus hadir di tempat kerja? Bayangkan jika Anda bisa duduk sambil melihat perusahaan Anda tumbuh dan mengumpulkan dividen ketika uang Anda telah digulirkan. Situasi ini mungkin terdengar seperti mimpi, tapi hal ini bisa menjadi kenyataan lebih dari yang bisa Anda pikirkan.

Anda mungkin sudah bisa menduga bahwa kita sedang berbicara tentang saham. Instrumen keuangan yang satu ini, tanpa diragukan lagi, merupakan salah satu alat terbesar yang pernah diciptakan untuk membangun kekayaan. Saham menjadi bagian, atau bahkan mungkin sentral, dari hampir setiap portofolio investasi. Ketika Anda mulai berjalan menuju kebebasan finansial, Anda harus memiliki pemahaman yang kuat tentang saham dan bagaimana saham diperdagangkan di pasar saham.

Apa Itu Saham?

Secara sederhana, saham merupakan andil dalam kepemilikan perusahaan. Saham merupakan klaim atas aset dan pendapatan perusahaan. Ketika Anda menguasai lebih banyak saham, kepemilikan Anda di perusahaan tersebut menjadi lebih besar. Dan yang perlu Anda ketahui, saham, ekuitas, atau andil merupakan istilah yang sama.

Memegang saham perusahaan berarti bahwa Anda adalah salah satu dari banyak pemilik (pemegang saham) perusahaan dan, dengan demikian, Anda memiliki klaim (meskipun biasanya sangat kecil) untuk segala sesuatu yang dimiliki perusahaan. Ya, ini berarti bahwa secara teknis Anda memiliki sepotong kecil dari setiap bagian dari furnitur, setiap merek dagang, dan setiap kontrak perusahaan. Sebagai pemilik, Anda berhak atas pembagian pendapatan perusahaan serta hak suara yang melekat pada saham.

Sebuah saham diwakili dengan sertifikat (surat) saham. Kertas mewah ini merupakan bukti kepemilikan Anda. Dalam era komputer saat ini, Anda tidak akan benar-benar bisa melihat dokumen ini karena broker Anda menyimpan catatan tersebut secara elektronik. Hal ini dilakukan untuk membuat saham lebih mudah untuk diperdagangkan. Di masa lalu, ketika seseorang ingin menjual sahamnya, orang tersebut secara fisik mengambil sertifikat tersebut ke broker. Sekarang, perdagangan bisa dilakukan dengan klik mouse atau panggilan telepon untuk membuat semuanya lebih mudah.

Menjadi pemegang saham perusahaan publik tidak berarti Anda memiliki suara dalam menjalankan bisnis sehari-hari. Sebaliknya, satu suara per saham untuk memilih dewan direksi pada pertemuan tahunan adalah suara terbesar yang Anda miliki dalam perusahaan. Dengan kata lain, menjadi pemegang saham Microsoft tidak berarti membuat Anda dapat memanggil Bill Gates dan memberitahukan padanya bagaimana perusahaan harus dijalankan.

Manajemen perusahaan dimaksudkan untuk meningkatkan nilai perusahaan bagi pemegang saham. Jika hal ini tidak terjadi, para pemegang saham dapat memilih agar manajemen tersebut dihapus saja, atau setidaknya secara teori. Pada kenyataannya, investor individu seperti Anda tidak memiliki saham yang cukup untuk memiliki pengaruh material pada perusahaan. Pembesar-pembesar seperti investor institusi besar dan pengusaha miliarder-lah yang bisa membuat keputusan seperti ini.

Untuk pemegang saham biasa, tidak mampu mengelola perusahaan bukanlah masalah besar. Di sini, gagasannya adalah bahwa Anda tidak harus bekerja untuk menghasilkan uang, bukan? Yang penting dari menjadi pemegang saham adalah bahwa Anda berhak mendapatkan sebagian dari keuntungan perusahaan dan memiliki klaim atas aset. Keuntungan kadang-kadang dibayarkan dalam bentuk dividen. Semakin banyak saham yang Anda miliki, semakin besar porsi keuntungan yang Anda dapatkan. Klaim Anda atas aset hanya relevan jika perusahaan bangkrut. Dalam hal likuidasi, Anda akan menerima apa yang tersisa setelah semua kreditor dibayar. Poin terakhir ini penting untuk diulang: yang penting mengenai kepemilikan saham adalah klaim Anda atas aset dan pendapatan. Tanpa ini, saham tidak akan berarti.

 

Utang vs Ekuitas

Mengapa sebuah perusahaan menerbitkan saham? Mengapa para pendiri berbagi keuntungan dengan ribuan orang ketika mereka bisa memiliki keuntungan untuk diri mereka sendiri? Alasannya adalah bahwa di beberapa titik, setiap perusahaan perlu mengumpulkan uang. Untuk melakukan hal ini, perusahaan juga bisa meminjam dari seseorang atau memperoleh uang dengan menjual sebagian dari perusahaan, yang dikenal dengan istilah menerbitkan saham. Sebuah perusahaan dapat mengambil pinjaman dari bank atau penerbitan obligasi. Kedua metode ini termasuk dalam pembiayaan utang. Di sisi lain, menerbitkan saham disebut pembiayaan ekuitas. Menerbitkan saham menguntungkan bagi perusahaan karena tidak mengharuskan perusahaan untuk membayar kembali atau melakukan pembayaran bunga di sepanjang waktu. Semua imbalan yang didapatkan pemegang saham diharapkan suatu hari nanti saham akan bernilai lebih dari apa yang mereka bayarkan untuk perusahaan. Penjualan pertama dari saham yang diterbitkan oleh perusahaan swasta itu sendiri disebut initial public offering (IPO).

 

Risiko Investasi Saham

Harus ditekankan bahwa tidak ada jaminan ketika Anda membeli saham individu. Beberapa perusahaan membayar dividen, tapi banyak juga yang tidak. Dan tidak ada kewajiban untuk membayar dividen bahkan bagi perusahaan-perusahaan yang secara tradisional biasanya memberikan dividen. Tanpa dividen, investor dapat memperoleh uang dari saham hanya melalui apresiasi di pasar terbuka. Sisi negatifnya adalah saham apapun mungkin bangkrut, yang berarti bahwa investasi Anda tak akan menghasilkan apapun (Pelajari risiko investasi lebih lengkap di sini).

Meskipun semua risiko tadi menunjukkan sisi negatif, ada juga sisi baiknya. Dengan tuntutan risiko yang lebih besar, pengembalian atas investasi Anda pun akan lebih besar. Ini adalah alasan mengapa saham secara historis mengungguli investasi lain seperti obligasi atau rekening tabungan. Selama jangka panjang, investasi saham secara historis memiliki tingkat pengembalian rata-rata sekitar 10-12%.

 

Sumber: www.investopedia.com

read more
InfoInvestasiKeuangan

Macam-Macam Investasi

macam-macam investasi

Ada banyak cara untuk menginvestasikan uang Anda. Tentu saja, untuk menentukan jenis investasi yang cocok bagi Anda, Anda perlu tahu karakteristik masing-masing investasi dan apakah investasi tersebut cocok untuk tujuan tertentu. Anda perlu juga mempelajari risiko investasi yang mungkin mempengaruhi investasi yang Anda pilih.

Obligasi

Obligasi dikategorikan sebagai sekuritas (surat berharga) dengan pendapatan tetap. Istilah obligasi umumnya digunakan untuk mengacu pada setiap sekuritas yang dibangun berdasarkan hutang. Bila Anda membeli obligasi, Anda meminjamkan uang Anda kepada perusahaan atau pemerintah. Sebagai imbalannya, mereka setuju untuk memberikan bunga pada uang Anda dan akhirnya membayarkan kembali jumlah uang yang Anda dipinjamkan.

Daya tarik utama dari obligasi adalah keamanan relatifnya. Jika Anda membeli obligasi yang stabil dari pemerintahan, investasi Anda terjamin, atau bebas risiko. Namun, ada pula konsekuensi dari keamanan dan stabilitas ini. Karena risikonya kecil, pengembalian potensialnya pun kecil. Akibatnya, tingkat pengembalian obligasi umumnya lebih rendah dibandingkan surat berharga lainnya.

Saham

Ketika Anda membeli saham, atau ekuitas, Anda menjadi bagian dari pemilik bisnis. Anda memiliki hak untuk memilih pada saat pertemuan pemegang saham dan memungkinkan Anda untuk menerima keuntungan yang dialokasikan perusahaan kepada pemilik. Keuntungan ini disebut sebagai dividen.

Sementara obligasi memberikan aliran pendapatan yang stabil, tidak demikian halnya dengan saham. Artinya, nilainya berfluktuasi setiap hari. Bila Anda membeli saham, Anda tidak mendapatkan jaminan apa-apa. Banyak saham bahkan tidak membayar dividen, yang mana dalam hal ini, satu-satunya cara bagi Anda untuk menghasilkan uang adalah jika saham mengalamai kenaikan nilai—yang mungkin juga tidak terjadi.

Dibandingkan dengan obligasi, saham memberikan keuntungan potensial yang relatif tinggi. Tentu saja, ada konskuensi yang harus Anda bayar: Anda harus menanggung risiko kehilangan sebagian atau seluruh investasi Anda (Klik di sini untuk tahu lebih banyak tentang dasar investasi saham).

Reksadana

Reksadana adalah kumpulan saham dan obligasi. Ketika Anda membeli reksadana, Anda mengumpulkan uang Anda dengan sejumlah investor lain, yang memungkinkan Anda (sebagai bagian dari kelompok) untuk membayar seorang manajer profesional untuk memilih sekuritas tertentu untuk Anda. Reksadana sudah siap dengan strategi tertentu, dan fokusnya beragam: saham besar, saham kecil, obligasi dari pemerintah, obligasi dari perusahaan, saham dan obligasi, saham di industri tertentu, saham di negara-negara tertentu, dan lain-lain.

Keuntungan utama dari reksadana adalah bahwa Anda dapat menginvestasikan uang Anda tanpa waktu atau pengalaman yang seringkali dibutuhkan untuk memilih investasi yang sehat. Secara teori, Anda harus mendapatkan hasil yang lebih baik dengan memberikan uang Anda kepada seorang profesional daripada jika Anda memilih investasi sendiri. Pada kenyataannya, ada beberapa aspek tentang reksadana yang harus Anda sadari sebelum memilih (Klik di sini untuk belajar lebih banyak tentang reksadana).

 

Investasi Alternatif: Options, Futures, Forex, Emas, Real Estate, dll

Jadi, Anda sekarang memahami tentang dua sekuritas dasar: ekuitas dan utang, atau lebih dikenal sebagai saham dan obligasi. Sementara banyak (jika tidak sebagian besar) investasi jatuh ke salah satu dari dua kategori ini, ada banyak alternatif lainnya, yang merupakan jenis yang paling rumit dari surat berharga dan strategi investasi.

Kabar baiknya adalah bahwa Anda mungkin tidak perlu khawatir tentang investasi alternatif pada awal karir investasi Anda. Investasi-investasi ini umumnya adalah sekuritas berisiko tinggi/berkeuntungan tinggi yang jauh lebih spekulatif dibandingkan saham dan obligasi biasa. Ada kesempatan bagi Anda untuk mendapatkan keuntungan besar, tetapi investasi jenis ini membutuhkan beberapa pengetahuan khusus. Jadi, jika Anda tidak memahami apa yang Anda lakukan, Anda bisa mendapatkan banyak masalah. Para ahli dan profesional umumnya sepakat bahwa investor baru harus fokus untuk membangun fondasi keuangan sebelum berspekulasi.

Beberapa investasi rumit ini meliputi investasi Options, Futures, Forex, Emas, Real Estate, dll.

 

Sumber: www.investopedia.com

read more
InfoInvestasiKeuangan

Mengenal Risiko Investasi (Bagian Kedua)

resiko investasi

Setelah sebelumnya pernah dibahas mengenai 6 risiko investasi, pada artikel kali ini akan dibahas mengenai 5 risiko investasi lainnya yang patut Anda ketahui sebelum mencoba untuk melakukan investasi.

7. Risiko Likuiditas (Liquidity Risk)

Risiko likuiditas mengacu pada kemungkinan bahwa investor mungkin tidak dapat membeli atau menjual investasi ketika diinginkan atau dalam jumlah yang cukup karena peluang terbatas. Sebuah contoh yang baik dari risiko likuiditas adalah penjualan real estat. Dalam kebanyakan kasus, akan sulit untuk menjual properti sewaktu-waktu dibutuhkan, tidak seperti halnya saham dan surat berharga.

8. Risiko Pasar (Market Risk)

Risiko pasar, juga disebut risiko sistematis, adalah risiko yang akan mempengaruhi semua surat berharga dengan cara yang sama. Dengan kata lain, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh diversifikasi. Ini adalah poin penting untuk dipertimbangkan saat Anda mempertimbangkan reksadana, yang menarik sebagian besar karena reksadana adalah cara cepat untuk diversifikasi.

9. Risiko Reinvestasi (Reinvestment Risk)

Dalam lingkungan suku bunga menurun, pemegang obligasi yang akan mengalami tenggat atau penarikan akan menghadapi masalah yang sulit untuk berinvestasi di obligasi dengan tingkat suku bunga yang sama atau lebih besar dari obligasi yang ditebus. Akibatnya, mereka seringkali terpaksa untuk membeli surat berharga yang tidak memberikan tingkat pendapatan yang sama, kecuali jika mereka mengambil lebih banyak kredit atau risiko pasar dan membeli obligasi dengan peringkat kredit yang lebih rendah. Situasi ini dikenal sebagai risiko reinvestasi yaitu risiko bahwa jatuhnya suku bunga akan menyebabkan penurunan arus kas dari investasi ketika pembayaran pokok dan bunga diinvestasikan kembali pada tingkat yang lebih rendah.

10. Risiko Sosial/Politik/Legislatif (Social/Political/Legislative Risk)

Risiko yang terkait dengan kemungkinan nasionalisasi, tindakan pemerintah yang tidak menguntungkan atau perubahan sosial yang mengakibatkan hilangnya nilai disebut risiko sosial atau politik. Karena Kongres AS memiliki kekuatan untuk mengubah undang-undang yang mempengaruhi surat berharga (di Amerika Serikat), setiap keputusan yang menghasilkan konsekuensi yang merugikan juga dikenal sebagai risiko legislatif.

11. Risiko Mata Uang/Nilai Tukar (Currency/Exchange Rate Risk)

Risiko mata uang/nilai tukar adalah bentuk risiko yang timbul dari perubahan harga satu mata uang terhadap yang lain. Fluktuasi konstan dalam mata uang asing dapat menambahkan risiko pada nilai keamanan.

 

Sumber: www.investopedia.com

read more
InfoInvestasiKeuangan

Mengenal Risiko Investasi (Bagian Pertama)

resiko investasi

Dalam setiap hal yang kita lakukan pasti terdapat risiko, begitu juga dengan investasi. Risiko investasi merupakan hal yang mungkin menimpa setiap investor, tapi yang sangat bisa dihindari dengan beberapa metode. Berikut ini akan dijabarkan lebih jauh mengenai risiko-risiko dalam berinvestasi.

Apa Itu Risiko Investasi?

Risiko investasi adalah tingkat potensi kerugian yang timbul karena perolehan hasil investasi yang diharapkan tidak sesuai dengan harapan. Yang harus disadari oleh para investor adalah bahwa selain menjanjikan potensi keuntungan, investasi juga menyimpan kemungkinan risiko atau kerugian. Dalam investasi, terdapat hubungan yang kuat antara keuntungan (return) dengan risiko (risk). Semakin tinggi potensi keuntungan, semakin tinggi pula tingkat risikonya, dan begitu juga sebaliknya.

Macam-Macam Risiko Investasi

1. Risiko Suku Bunga (Interest Rate Risk)

Risiko suku bunga adalah kemungkinan menurunnya nilai instrumen hutang berbunga tetap sebagai akibat dari kenaikan suku bunga. Setiap kali investor membeli surat berharga yang menawarkan pengembalian dengan tingkat bunga tetap, mereka akan sangat rentan terhadap risiko suku bunga. Hal ini berlaku untuk obligasi dan juga untuk saham preferen.

2. Risiko Bisnis (Business Risk)

Risiko Bisnis adalah ukuran dari risiko yang terkait dengan surat berharga tertentu. Hal ini juga dikenal sebagai risiko tak sistematis dan mengacu pada risiko yang terkait dengan penerbit surat berharga tertentu. Secara umum, semua bisnis di industri yang sama memiliki jenis risiko bisnis yang sama. Lebih sepesifik lagi, dalam hal ini risiko bisnis mengacu pada kemungkinan bahwa penerbit saham atau obligasi mengalami kebangkrutan atau tidak dapat membayar bunga atau pokok dalam kasus obligasi. Satu cara umum untuk menghindari risiko ini adalah dengan melakukan diversifikasi—yaitu dengan membeli reksadana yang memegang surat berharga dari banyak perusahaan yang berbeda.

3. Risiko Kredit (Credit Risk)

Hal ini mengacu pada kemungkinan bahwa penerbit obligasi tertentu tidak akan dapat melakukan pembayaran bunga yang diharapkan dan/atau pelunasan pokok. Biasanya, semakin tinggi risiko kredit, semakin tinggi tingkat bunga obligasi.

4. Risiko Taxability (Taxability Risk)

Hal ini berlaku untuk penawaran obligasi daerah dan mengacu pada risiko bahwa surat berharga yang diterbitkan dengan status bebas pajak berpotensi kehilangan status itu sebelum jatuh tempo. Karena obligasi daerah memiliki tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan obligasi yang sepenuhnya kena pajak, pemegang obligasi akan mendapatkan hasil yang lebih rendah daripada yang direncanakan setelah pengurangan pajak.

5. Risiko Penarikan (Call Risk)

Risiko penarikan khusus untuk obligasi dan mengacu pada kemungkinan bahwa obligasi akan ditarik sebelum jatuh tempo. Risiko penarikan paling umum terjadi ketika suku bunga jatuh dan perusahaan yang mencoba untuk menyelamatkan uangnya biasanya akan menebus obligasi dengan kupon yang lebih tinggi dan menggantinya di pasar obligasi dengan suku bunga yang lebih rendah. Dalam lingkungan suku bunga yang menurun, investor biasanya dipaksa untuk mengambil lebih banyak risiko guna menggantikan aliran pendapatan yang sama.

6. Risiko Inflasi (Inflationary Risk)

Juga disebut risiko daya beli, risiko inflasi adalah kemungkinan bahwa nilai aset atau pendapatan akan tergerus ketika inflasi menyusutkan nilai mata uang suatu negara. Dengan kata lain, risiko ini adalah bahwa inflasi di masa depan akan menyebabkan daya beli arus kas dari investasi menurun. Cara terbaik untuk melawan jenis risiko ini adalah melalui investasi yang cukup besar, seperti saham atau obligasi konversi, yang memiliki komponen pertumbuhan yang kebal terhadap inflasi dalam jangka panjang.

Penjelasan selanjutnya mengenai risiko investasi bisa Anda baca di sini.

 

Sumber: www.investopedia.com

read more
InvestasiKeuangan

Belajar Lebih Banyak tentang Reksadana

reksa dana

Reksadana. Sepertinya ini bukan lagi istilah yang asing di telinga Anda. Namun, jika ditanya apa itu reksadana, banyak orang awam, mungkin termasuk Anda, yang belum memahami apa definisi dan bagaimana sistem kerjanya.

Apa Itu Reksadana?

Jika melihat di Pasal 1 angka 27 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (“UUPM”), arti reksadana adalah “wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi”.

Masih dalam UU yang sama Pasal 1 Angka 5, Angka 23, dan Angka 24, portofolio efek diartikan sebagai “kumpulan efek yang dimiliki oleh orang perseorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi berupa surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap derivatif dari Efek” sedangkan manajer investasi dalam UUPM pasal 1 angka 11 diartikan sebagai “pihak yang kegiatan usahanya mengelola Portofolio Efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Dengan kata lain, reksadana adalah tempat menghimpun dana dari para investor untuk diinvestasikan pada efek yang berbeda, baik saham, surat utang, surat berharga pasar uang atau kombinasi dari ini, yang dikelola secara profesional.

Apa Keuntungan Berinvestasi Reksadana?

1. Manajemen Investasi Profesional

Reksadana mempekerjakan profesional investasi tingkat tinggi yang bekerja penuh waktu. Reksadana mampu melakukannya karena mereka mengelola satu wadah uang dengan jumlah yang sangat besar. Manajer memiliki akses real-time ke informasi pasar penting dan mampu mengeksekusi perdagangan pada skala yang paling besar dan paling hemat biaya.

2. Diversifikasi

Reksadana berinvestasi dalam berbagai jenis surat berharga. Hal ini membatasi risiko investasi dengan mengurangi efek dari kemungkinan penurunan nilai pada salah satu jenis surat berharga. Pemegang unit reksadana bisa mendapatkan keuntungan dari teknik diversifikasi yang biasanya tersedia hanya untuk investor yang cukup kaya untuk membeli posisi yang signifikan dalam berbagai surat berharga.

3. Biaya Rendah

Reksadana memungkinkan Anda berpartisipasi dengan biaya yang rendah. Dan dengan dana non-pinjaman, Anda bisa terbebas dari biaya penjualan untuk bisa memiliki reksadana. Atau kalaupun ada, nilainya pun sangat kecil.

4. Kenyamanan dan Fleksibilitas

Anda tidak memiliki banyak surat berharga tapi hanya satu saja, tapi Anda bisa menikmati manfaat dari portofolio yang terdiversifikasi dan layanan yang beragam. Manajer reksadana memutuskan surat berharga apa untuk diperdagangkan, mengumpulkan pembayaran bunga dan melihat bahwa dividen Anda pada portofolio efek telah diterima dan hak-hak Anda telah dilaksanakan. Mereka juga menggunakan jasa kustodian (pihak yang memberikan jasa penitipan Efek dan harta lain yang berkaitan dengan Efek) berkualitas tinggi dan registrar untuk memastikan bahwa kenyamanan Anda tetap menjadi prioritas utama.

5. Layanan Personal*

Satu panggilan telepon bisa menghubungkan Anda dengan seorang spesialis yang dapat memberikan informasi yang dapat digunakan untuk membuat pilihan investasi Anda sendiri. Mereka akan memberikan bantuan personal dalam membeli dan menjual unit reksadana Anda, memberikan informasi reksadana dan menjawab pertanyaan tentang status akun Anda. Pusat layanan pelanggan akan siap melayani Anda dan tim pemasaran biasanya akan bersemangat untuk mendengar komentar Anda pada skema yang telah mereka buat. (*Layanan akan berbeda pada masing-masing penyedia investasi reksadana.)

6. Likuiditas

Dalam skema terbuka, Anda bisa segera mendapatkan uang Anda kembali sebesar nilai aktiva harga terkait dari reksadana itu sendiri.

7. Transparansi

Anda akan mendapatkan informasi berkala mengenai nilai investasi Anda, selain pengungkapan (disclosure) pada investasi tertentu yang dibuat oleh skema reksadana.

 

Sumber: www.icicipruamc.com

read more
InfoInvestasiKeuangan

5 Kebiasaan Buruk dalam Investasi yang Harus Anda Hindari

kebiasaan investasi yang buruk

Untuk menjadi investor yang baik, langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah membuat pilihan investasi yang bijaksana. Anda harus menghindarkan diri dari sifat rakus dan serakah yang mungkin saja merugikan Anda. Meskipun sangat menggiurkan untuk ikut investasi saham karena sangat mudah untuk mendapatkan uang, tapi investasi terbaik adalah sistem yang telah teruji tingkat keseimbangannya serta diversivikasinya, begitu juga kesabaran Anda juga berpengaruh bagi tingkat keberhasilan investasi ini.

Selain memilih investasi yang bijaksana, Anda pun harus menghindari kebiasan-kebiasaan investasi yang buruk berikut ini, terutama jika Anda adalah seorang investor jangka panjang.

1. Kebiasaan Buruk 1 – Mudah Dipengaruhi

Jangan mudah menyerah pada pengaruh teman dan kolega untuk berinvestasi pada “saham yang lagi panas”. Jika Anda merasa investasi tersebut too good to be true, ada kemungkinan memang demikian.

2. Kebiasaan Buruk 2 – Benchmarking

Patokan investasi (benchmark) adalah standar untuk mengukur kinerja keamanan individu atau kelompok. Membandingkan kinerja portofolio Anda terhadap pasar yang berkinerja terbaik tahun ini bisa sangat melelahkan dan malah bisa menimbulkan kekecewaan.

3. Kebiasaan Buruk 3 – Bersandar Pada Kinerja Masa Lalu

Ketika berinvestasi dalam saham individu atau reksa dana, yang lebih penting adalah mencoba memahami prospek mereka untuk lima tahun ke depan.

4. Kebiasan Buruk 4 – Menjangkar

Menjangkar (anchoring) adalah ketika Anda memiliki keterikatan emosional dengan investasi tertentu. Ketika strategi investasi Anda didasarkan pada emosi, Anda tidak membuat keputusan investasi yang sehat. Ada kalanya Anda merasa suatu jenis investasi aman karena Anda telah lama berinvestasi di sana, tapi kenyataannya adalah segala jenis investasi pernah mengalami masa-masa sulit.

5. Kebiasan Buruk 5 – Perencanaan yang Sempit

Anda mungkin merasa sangat memahami sebuah perusahaan dan merasa perusahaan tersebut berkinerja baik, kemudian memutuskan untuk berinvestasi. Namun, berinvestasi pada satu perusahaan investasi saja merupakan kebiasaan yang buruk. Jika Anda menginvestasikan alokasi dana Anda sekitar 40, 50, atau 80% hanya di satu perusahaan investasi saja, Anda berada dalam bahaya yang besar.

 

Sumber: www.financialplan.about.com

read more
1 2 3
Page 3 of 3