Sejak diperkenalkan pada tahun 2010, Instagram telah memberikan kesempatan pada merek suatu produk untuk terlibat dengan audiens mereka dan menceritakan kisah mereka melalui kekuatan visual. Aplikasi milik Facebook ini adalah salah satu jaringan sosial dengan pertumbuhan tercepat pada tahun 2014, dan sekarang memiliki lebih dari 300 juta akun di seluruh dunia.
Beberapa produk dan bisnis memang telah menggunakan Instagram untuk branding. Namun, sayanganya, para pemilik bisnis atau entrepreneur masih sering melakukan kesalahan dalam penggunaan instagram untuk branding, seperti di bawah ini.
1. Tidak memiliki cukup strategi berbasis tujuan
Instagram merupakan sarana bagi pemilik usaha untuk menceritakan kisah merek mereka melalui foto-foto dan klip video. Jaringan ini sangat ideal untuk menampilkan produk yang digunakan dalam situasi kehidupan nyata, yang menunjukkan kemajuan sesuatu melalui foto dari waktu ke waktu (seperti pembangunan kendaraan, pembuatan rekor baru, menunjukkan ruang kantor baru dari yang kosong ke yang fungsional, atau resep dan foto hasil akhir kue yang lezat), atau bahkan menjawab pertanyaan yang sering diajukan melalui klip video pendek.
Tak peduli Anda ingin menggunakan Instagram untuk meningkatkan kesadaran merek, memamerkan lini produk baru, atau menambahkan unsur manusia untuk merek Anda, setiap bagian dari konten yang Anda publikasikan di platform harus menambahkan nilai dan membantu Anda mencapai tujuan. Dan untuk itu, strategi dibutuhkan, bukan hanya asal posting.
2. Mereka tidak fokus pada kualitas
Kualitas posting Instagram Anda akan menentukan apakah Anda akan diingat atau dilupakan begitu saja. Pengguna biasanya menelusuri satu kolom foto, melirik dengan cepat, tidak membaca caption, hanya melambat dan berhenti ketika ada sesuatu yang menarik mata mereka. Kali lain mereka menjelajahi konten melalui hashtags, menggulir ke bawah sampai menemukan foto atau klip yang menarik.
Semakin Anda menekankan kualitas pada konten Anda, pengguna akan semakin melambat dan berhenti pada konten Anda. Dibandingkan dengan jaringan sosial lainnya, posting di Instagram memiliki masa hidup lebih tinggi. Manfaatkan ini sebaik-baiknya dengan membuat konten berkualitas.
3. Mereka tidak memposting cukup banyak
Menurut sebuah studi oleh Union Metrics, posting merek di Instagram rata-rata 1,5 kali per hari. Dalam studi yang sama, merek-merek tertentu, mem-posting setiap jam sepanjang hari dan mendapat engagement rates di atas rata-rata. Sebagai bagian dari strategi Instagram Anda, frekuensi posting harus direncanakan dengan baik.
4. Mereka menyalahgunakan hastag
Sangat mudah menyalahgunakan hastag, baik Anda memakai terlalu sedikit hastag, hastag yang tidak relevan, tidak memakai hastag sama sekali, dll. Mirip dengan jaringan sosial lainnya, hashtags memainkan peran penting dalam proses penemuan di Instagram. Merek yang kurang dikenal atau merek dengan jumlah follower yang rendah dapat memanfaatkan hashtag populer tetapi relevan untuk membangun momentum dan meningkatkan eksposur konten mereka.
Selain penemuan, hashtags dapat membantu membangun kesadaran merek. Anda bisa mencoba membuat hastag sendiri dan mempromosikannya sebagai bagian dari strategi yang lebih mendalam. Berdasarkan studi QuickSprout, 11 atau lebih hashtags menerima hampir 80% interaksi, dibandingkan dengan hanya 22% ketika menggunakan 10 dan 41% bila menggunakan dua hastag.
5. Mereka membeli follower
Suka atau tidak, membeli dan menjual follower Instagram adalah bisnis besar. Jika Anda tidak ingin menghabiskan waktu membangun merek secara alami, Instagram bukanlah pilihan untuk Anda. Ingatlah, Instagram semakin memperbaiki diri untuk mengusir para akun palsu dan spammer.
Sumber: blog.hubspot.com