Dalam setiap hal yang kita lakukan pasti terdapat risiko, begitu juga dengan investasi. Risiko investasi merupakan hal yang mungkin menimpa setiap investor, tapi yang sangat bisa dihindari dengan beberapa metode. Berikut ini akan dijabarkan lebih jauh mengenai risiko-risiko dalam berinvestasi.
Apa Itu Risiko Investasi?
Risiko investasi adalah tingkat potensi kerugian yang timbul karena perolehan hasil investasi yang diharapkan tidak sesuai dengan harapan. Yang harus disadari oleh para investor adalah bahwa selain menjanjikan potensi keuntungan, investasi juga menyimpan kemungkinan risiko atau kerugian. Dalam investasi, terdapat hubungan yang kuat antara keuntungan (return) dengan risiko (risk). Semakin tinggi potensi keuntungan, semakin tinggi pula tingkat risikonya, dan begitu juga sebaliknya.
Macam-Macam Risiko Investasi
1. Risiko Suku Bunga (Interest Rate Risk)
Risiko suku bunga adalah kemungkinan menurunnya nilai instrumen hutang berbunga tetap sebagai akibat dari kenaikan suku bunga. Setiap kali investor membeli surat berharga yang menawarkan pengembalian dengan tingkat bunga tetap, mereka akan sangat rentan terhadap risiko suku bunga. Hal ini berlaku untuk obligasi dan juga untuk saham preferen.
2. Risiko Bisnis (Business Risk)
Risiko Bisnis adalah ukuran dari risiko yang terkait dengan surat berharga tertentu. Hal ini juga dikenal sebagai risiko tak sistematis dan mengacu pada risiko yang terkait dengan penerbit surat berharga tertentu. Secara umum, semua bisnis di industri yang sama memiliki jenis risiko bisnis yang sama. Lebih sepesifik lagi, dalam hal ini risiko bisnis mengacu pada kemungkinan bahwa penerbit saham atau obligasi mengalami kebangkrutan atau tidak dapat membayar bunga atau pokok dalam kasus obligasi. Satu cara umum untuk menghindari risiko ini adalah dengan melakukan diversifikasi—yaitu dengan membeli reksadana yang memegang surat berharga dari banyak perusahaan yang berbeda.
3. Risiko Kredit (Credit Risk)
Hal ini mengacu pada kemungkinan bahwa penerbit obligasi tertentu tidak akan dapat melakukan pembayaran bunga yang diharapkan dan/atau pelunasan pokok. Biasanya, semakin tinggi risiko kredit, semakin tinggi tingkat bunga obligasi.
4. Risiko Taxability (Taxability Risk)
Hal ini berlaku untuk penawaran obligasi daerah dan mengacu pada risiko bahwa surat berharga yang diterbitkan dengan status bebas pajak berpotensi kehilangan status itu sebelum jatuh tempo. Karena obligasi daerah memiliki tingkat bunga yang lebih rendah dibandingkan obligasi yang sepenuhnya kena pajak, pemegang obligasi akan mendapatkan hasil yang lebih rendah daripada yang direncanakan setelah pengurangan pajak.
5. Risiko Penarikan (Call Risk)
Risiko penarikan khusus untuk obligasi dan mengacu pada kemungkinan bahwa obligasi akan ditarik sebelum jatuh tempo. Risiko penarikan paling umum terjadi ketika suku bunga jatuh dan perusahaan yang mencoba untuk menyelamatkan uangnya biasanya akan menebus obligasi dengan kupon yang lebih tinggi dan menggantinya di pasar obligasi dengan suku bunga yang lebih rendah. Dalam lingkungan suku bunga yang menurun, investor biasanya dipaksa untuk mengambil lebih banyak risiko guna menggantikan aliran pendapatan yang sama.
6. Risiko Inflasi (Inflationary Risk)
Juga disebut risiko daya beli, risiko inflasi adalah kemungkinan bahwa nilai aset atau pendapatan akan tergerus ketika inflasi menyusutkan nilai mata uang suatu negara. Dengan kata lain, risiko ini adalah bahwa inflasi di masa depan akan menyebabkan daya beli arus kas dari investasi menurun. Cara terbaik untuk melawan jenis risiko ini adalah melalui investasi yang cukup besar, seperti saham atau obligasi konversi, yang memiliki komponen pertumbuhan yang kebal terhadap inflasi dalam jangka panjang.
Penjelasan selanjutnya mengenai risiko investasi bisa Anda baca di sini.
Sumber: www.investopedia.com